Kalau kita berbicara soal kompleks mebel di Surabaya, ada dua yang cukup terkenal dan berusia puluhan tahun. Pertama, kompleks mebel Jagir yang berada cukup dekat dengan sisi samping kanan Darmo Trade Center (DTC). Berikutnya, ada kompleks mebel Jl. Semarang yang masih satu lokasi dengan Kampoeng Ilmu.
Kemarin sore (11/09), kami berkesempatan untuk mengunjungi salah satunya. Tepatnya, di kompleks mebel Jagir. Bila dirinci secara detail, lokasinya berada tepat satu belokan sebelum deretan DTC Wonokromo. Memasuki wilayah tersebut, kita akan disuguhkan dengan pajangan berbagai macam mebel dari toko-toko yang berada di sepanjang jalan Jagir.
Berbeda dengan showroom furnitur modern yang biasa kita temui di mall, kompleks mebel Jagir mayoritas diisi oleh benda-benda berbahan dasar kayu dengan kebanyakan model yang klasik.
“Ya, memang toko mebel di sini turun-temurun. Sudah ada sejak tahun ’70an. Bahkan ada yang lebih dari itu,” ungkap Sutjipto, salah satu pengusaha mebel Jagir yang kami temui.
Pemilik Toko Mebel Morodadi ini barulah terjun ke dunia permebelan di sekitar tahun ’90.
Berkenalan dengan Pengusaha Mebel Morodadi Jagir
“Wah kalau saya sebenernya termasuk pemain baru, Mbak. Bahkan, bisa dibilang saya ini yang terakhir buka toko di sini,” begitulah kerendahan hati yang nampak dari tutur pria asli Surabaya ini.
Siapa sangka, pria yang saat masa mudanya juga pernah menjadi seorang fotografer ini, kini telah memiliki lima bangunan penopang usahanya. Satu bangunan untuk tempat produksi, satu untuk gudang, dan tiga lainnya untuk showroom. Empat bangunan di sepanjang Jl. Jagir Nomor 16 hingga 18, satu gudang bersela beberapa bangunan, serta sisanya tepat berhadapan di seberangnya.
Baca juga: 9 Rekomendasi Tas Wanita Branded Lokal Bagus dan Murah
Berawal dari hanya memiliki satu bangunan kontrak, kemudian ia membelinya saat untung sudah mulai terasa. Begitu seterusnya, bangunan kedua, tiga, dan empat. Hingga bangunan terakhir yang berada di seberang terpaksa tak bisa menjadi miliknya karena status tanah yang tidak jelas. Tjipto memilih untuk mengontraknya saja, daripada suatu saat nanti berurusan dengan hal-hal yang kurang menyenangkan.
Modal nekad dan biaya seadanya, pemilik nama lengkap Sutjipto Soesanto ini memberanikan diri membuka usaha mebel di usianya yang terbilang cukup muda saat itu. Masih kisaran di bawah 35 tahun. Namun, ia tahu kalau suka dan hobi itu tidak cukup, kegigihannya membuat usaha mebel tersebut hampir tak pernah sepi pembeli. Bahkan, selama Covid-19 lalu, ia mengaku tidak ada satu pun pengurangan pegawai. Hingga saat ini, ada tujuh pegawai yang mendukung usaha mebel Tjipto. Tiga orang bertanggung jawab bagian produksi, sementara lainnya serabutan. Mulai membantu pengiriman, menata display, dan sebagainya.
“Bapak memang baik orangnya, Mbak. Suka ikut kerja bareng kita kalau produksi. Senang diskusi. Tidak berhenti berbagi juga. Makanya saya betah di sini,” ujar Herman, salah satu pegawai Sutjipto yang telah ikut sejak tahun-tahun awal mebel Morodadi membutuhkan pegawai. Selain Herman, masih ada dua pegawai lain yang setia menemani Tjipto selama lebih dari 20 tahun mengembangkan mebelnya.
Kiat Sukses Mebel Morodadi Jagir
Tjipto menyadari, kalau zaman dan teknologi terus berkembang pesat, sehingga dirinya harus mau bergerak mengikuti.
“Kalau saya jualan di showroom gini-gini saja, ya sepi. Saya mencoba mengajak anak-anak saya untuk membantu mengonlinekan usaha ini. Lumayan, buka di Tokped, dan lain-lainnya itu,” papar pria berusia 57 tahun ini.
Bagi bapak dari dua anak ini, usaha turunan itu tidak akan ada apa-apanya kalau kita tidak kreatif dalam berbisnis. Ucapannya itu terwakilkan dengan berbagai produk yang terpajang di showroomnya. Bila kita menengok deretan toko mebel lain di Jagir, mayoritas akan menjual model-model berbahan kayu tertentu saja. Beda dengan Morodadi, selain menjual mebel berbahan dasar kayu jati dan merbau Kalimantan, mereka pun memajang berbagai model lain agar dapat menjangkau segala rentang usia pembeli. Yang muda, akan dimanjakan dengan deretan mebel minimalis. Sedangkan untuk pembeli yang lebih dewasa, tidak akan sulit menemukan berbagai model mebel klasik di sana.
Semangat Mendobrak Bisnis Mebel
Soal harga, ini yang membuat kami terkejut. Mebel Morodadi mematok harga di kisaran Rp125 ribu hingga Rp4 juta untuk produk dari retail dan home industry yang diambil dari Pasuruan. Sedangkan untuk model custom, bisa mencapai di atas Rp5 juta sesuai dengan tingkat kesulitan pengerjaannya. Sangat berbanding jauh dengan toko furnitur modern yang menjamur di mall.“Kalau kerja itu jangan sampai nganggur. Saya itu ga suka nganggur. Jadi, kalau ada apa yang dikerjain. Begitu. Bisa lebih semangat kerjanya dan suasana di mebel ini lebih hidup karena ada aktivitas,” papar suami dari Pauline ini yang sekaligus menjadi tetuah informal bagi kami kaum muda-mudi.
Siapa sangka, meski bukan usaha turunan, kini mebel Morodadi milik Tjipto berhasil menembus omset hingga Rp200 juta saat peak season. Tepatnya, periode Juli-Agustus, saat perkuliahan mulai dibuka kembali. Menurutnya, perbedaan omset dengan bulan-bulan lain hanya turun di kisaran 30 %. Meski merupakan pemain baru di deretan mebel Jagir, Tjipto berhasil membuktikan bahwa usaha yang dibangun dengan kerja keras akan selalu membuahkan hasil terbaik.
Produk terbaik rekomendasi bacareview: https://linktr.ee/RekomendasiBacaReview