Pengalaman dan Cara Sembuh DBD (Demam Berdarah)
BEAUTY & HEALTH

Pengalaman dan Cara Sembuh DBD (Demam Berdarah)

Pada tulisan kali ini, saya akan berbagi tentang pengalaman dan cara sembuh dari DBD (demam berdarah) yang dialami langsung oleh suami saya. Yang mana, pada saat itu kami memutuskan untuk tidak melakukan opname karena situasi RS dan berbagai layanan kesehatan sedang hectic dengan pasien Covid-19.

Ketika tulisan ini diterbikan, masyarakat Indonesia masih harus hidup berdampingan dengan pandemi dan fokus untuk dapat sembuh, hingga menyembuhkan. Lalu, beberapa kasus lain mulai terabaikan, seperti DBD atau demam berdarah. Sehingga orang lupa untuk waspada, mencari cara, untuk dapat sembuh dari DBD.

Mengenali Gejala DBD (Demam Berdarah)

Sebelum kami menceritakan bagaimana pengalaman dan cara sembuh dari DBD, kami akan runtut menceritakan mulai gejala hingga perawatan untuk demam berdarah di rumah.

Kejadian ini bermula di tanggal 26 Juni 2021. Di hari Sabtu itu, sebenarnya saya dan suami sempat memiliki beberapa rencana untuk beraktivitas akhir pekan, salah satunya belanja bulanan. Mendadak, suami saya mengalami lemas dan demam usai BAB di pagi hari.

Dan, beginilah gejala demam berdarah yang patut diwaspadai sejak hari pertama:

1. Demam

Demamnya pun semakin meningkat dari jam ke jam. Saya memutuskan untuk memberinya Sanmol. Sebagaimana ibu di rumah selalu memberikan kepada kami obat tersebut ketika mengalami demam. Biasanya berhasil. Namun, ini tidak.

Kool Fever Pereda Demam
Kool Fever Pereda Demam. Sc: Lazada

Saya pun melakukan kompres hingga menggunakan Kool Fever (atas permintaan suami setelah melihat TikTok tentang Kool Fever), demam tetap naik turun. Untuk kasus demam saja, Kool Fever cukup manjur.

2. Nafsu Makan Menurun

Nafsu makan suami saya pun berkurang. Tak hanya itu, bahkan ketika makan pun tidak dapat banyak karena selalu ada mual saat mengonsumsi makanan.

3. Mual dan Muntah

Selain itu, mual dan muntah terus dirasakan suami saya hingga 5-6 hari dari hari pertama terserang DBD. 90% muntah yang dikeluarkan hanya berupa air saja. Apalagi, ketika dia merasakan asin di makanannya.

4. Nyeri Otot dan Lemas

Nah, ini yang paling terasa di suami saya. Dari hari pertama bahkan ketika pemulihan, nyeri otot dan rasa lemas ia rasakan. Bahkan di 3-5 hari pertama, untuk berdiri saja susah. Sehingga butuh dibantu berjalan ketika ke kamar mandi.

5. Susah Tidur dan Menggigil Malam Hari

Pada hari pertama hingga ketiga, saat siang hari demam mereda, namun di malam hari suami saya merasakan menggigil. Bahkan sampai pucat sekali. Antisipasi yang kami lakukan adalah dengan memberi paracetamol yang telah diresepkan dokter, tidur dengan bed cover, dan tanpa membuka celah angin di kamar (kipas off).

Bila kita simak, sekilas gejalanya mirip dengan Covid-19. Alhamdulillah, suami saya tidak ada keluhan batuk, pilek, flu, dan sesak nafas. Bahkan saturas oksigen suami saat diperiksa berada pada angka 96. Hasil swab kami berdua pun menunjukkan negatif.

Melakukan Pemeriksaan Darah

Setelah mengonsumsi antibiotik dan paracetamol dari dokter, beliau juga menyarankan saya untuk tetap memberi suami asupan vitamin yang sudah saya berikan sejak hari pertama bergejala (karena kami ke dokter pada hari ketiga, suami baru mau).

Vitamin-vitamin yang saya berikan yaitu Enervon-C untuk pagi hari setelah makan, Herbamuno di siang hari setelah makan, dan vitamin E pada malam hari setelah makan. Tak hanya itu, suami juga mengonsumsi air hangat campuran madu+sari kurma.

Di kontrol kedua (yakni hari kelima sejak bergejala, karena demam sudah hilang namun suami saya masih sangat lemas), dokter menyarankan suami untuk melakukan pemeriksaan darah dan tes widal. Beliau memberikan hipotesa awal yaitu suami saya terkena tifus atau DBD (demam berdarah).

Keesokan harinya, kami pun pergi ke Lab Parahita (sesuai rujukan dokter). Saat badan suami saya terkena cahaya matahari langsung, saya sempat curiga, karena terdapat bintik-bintik merah pada beberapa bagian (leher belakang dan lengan atas) serta tangan suami saya yang sangat pucat dan membiru. Saya pun refleks berasumsi bahwa suami saya terkena DBD.

Dan, hasilnya menunjukkan bahwa suami saya terkena DBD. Trombositnya turun parah, tak sampai seperlima dari angka minimum normal trombosit (150.000). Meski, angka hematokrit suami saya masih cukup baik. Dokter menyarankan untuk opname, tetapi suami menolak.

Hasil Tes Hematologi Trombosit
Hasil Tes Hematologi Trombosit

Kami pun memutuskan rawat di rumah. Saya dibantu ibu merawat suami saya di rumah.

Pengalaman dan Cara Sembuh DBD di Rumah

Kondisi munculnya bintik-bintik merah, dalam beberapa kasus sebenarnya dapat dikatakan kondisi yang sudah cukup diwaspadai. Bahkan dengan hasil trombosit sedemikian itu, suami saya harusnya diberikan infus.

Salah satu kunci utama untuk dapat sembuh dari DBD adalah dengan menaikkan trombositnya.

Optimis. Saya mengingat ucapan seorang suster saat saya menengok adik teman saya yang juga pernah terkena DBD dan dalam posisi sangat menggigil, si suster berkata bahwa harus segera diberikan sari kurma karena efek infus tidak akan secepat suplemen langsung.

Akhirnya saya dan ibu membeli beberapa asupan untuk dapat meningkatkan trombosit, yaitu:

Makanan untuk menaikkan trombosit
Makanan untuk menaikkan trombosit. Sc: Google

1. Jambu Biji

Dapat dikonsumsi langsung. Tetapi juga bisa dijus. Untuk menghindari bijinya, baiknya dijus.

2. Angco

Angco merupakan kurma Cina yang berwarna merah. Dibandingkan dengan kurma biasa, kandungan antioksidan pada angco lebih tinggi. Sehingga, disarankan dikonsumsi setelah makan.

3. Angkak

Sedangkan angkak, merupakan beras merah Cina. Nah, angco dan angkak ini direbus bersamaan baru bisa diminum. Biasanya bila membeli di toko herbal Cina, maka akan mendapatkan satu paket, angco dan angkak.

4. Sari Kurma

Merk sari kurma saat ini memang beragam. Tetapi, saran saya baiknya pilih sari kurma dari brand herbal. Karena berdasarkan pengalam suami saya, katanya efek sari kurma brand herbal lebih dapat dirasakan daripada sari kurma yang dijual di apotek.

Selain itu, penderita DBD juga harus mengonsumsi air putih dalam jumlah lebih banyak dari normal. Hal ini untuk mengantisipasi adanya dehidrasi. Pun juga meski makan tidak enak dan masih sering muntah, tetap harus makan. Bila dalam jumlah langsung banyak dapat menimbulkan muntah, maka dapat dibagi ke dalam beberapa jam. Saya membagi waktu makan suami saya, setiap 3 jam sekali harus makan atau setidaknya ngemil.

Setelah empat hari mengonsumsi keempat trombosit booster tersebut, akhirnya kami pun kembali melakukan tes darah (hematologi lengkap).

Alhamdulillah, trombosit suami saya telah berada dalam batas normal, yakni sudah berada pada angka 244.000. Namun, tetap yaa, harus menjalani pemulihan. Karena, suami saya sempat mengalami fatigue meski trombosit telah normal.

Yang kami lakukan adalah mengonsumsi air hangat di pagi hari dan Neurobion pada malam hari. Selain itu, melatih otot-otot kaki dengan menggerak-gerakkan telapak kaki maju mundur dan berjalan di atas kayu untuk terapi kaki.

Nah, itulah pegalaman dan cara sembuh dari DBD. Cara ini tidak direkomendasikan bila Anda benar-benar berada dalam fase kritis (sampai keluar darah, dsb.) dan membutuhkan pertolongan medis, ya!

Stay safe and healthy, guys! 

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *