Eksotika Bromo kembali digelar untuk yang ketiga kalinya. Sama seperti tahun-tahun lalu, event ini diselenggarakan di Lautan Pasir Kasiah, Bromo. Yakni pada Sabtu-Minggu (13-14 Juli 2019). Saya berkesempatan membawa nama Eastjavatraveler untuk turut hadir pada hari pertama perayaan Eksotika Bromo 2019.
Event Eksotika Bromo merupakan acara yang diadakan dalam menyambut ritual Yadnya Kasada. Ritual ini diadakan oleh masyarakat Tengger setiap tahun di bulan Kasada pada hari ke-14. Bagi mereka, upacara Kasada adalah bentuk persembahan untuk Sang Hyang Widhi agar melimpahkan keberkahan dan kehidupan yang damai dan makmur bagi masyarakat Suku Tengger di Probolinggo. Menariknya, ritual ini telah dituliskan oleh Sir Thomas Stamford Raffles dalam bukunya yang berjudul The History of Java (1817).
Kami pun berkumpul di pelataran Taman Budaya Cak Durasim, Surabaya, pada Sabtu (13/7) pukul 01.00 dini hari. Sekitar 70 orang yang ikut berangkat bersama kami, dengan latar belakang yang berbeda-beda. Turut hadir pula di tengah rombongan, ASPELTAJ (Asosiasi Pelatih Tari Jawa Timur).
Usai sampai di Lautan Pasir Kasiah, kami menghabiskan waktu dengan mengulik informasi lebih banyak bersama para penari Kidung Tengger terkait kegiatan ini.
“Untuk Kidung Tengger sendiri nanti dibawakan dari teman-teman STKW (Sekolah Tinggi Kesenian Wilwatika), kalau naskahnya sendiri yang menulis pak Heri,” ujar salah satu penari yang kami temui saat bersantai di salah satu warung dekat persinggahan para penari yang akan mementaskan Kidung Tengger.
Open gate untuk menukarkan tiket dibuka mulai pada pukul 13.00. Yang mana, satu jam kemudian disusul dengan pembukaan acara. Tak hanya sekedar menikmati pertunjukkan, pihak penyelenggara juga mengadakan bazaar sehingga para pengunjung lebih bisa santai menonton. Karena tak perlu takut lapar dan haus melanda.
Dalam opening Eksotika Bromo 2019, pengunjung disuguhkan dengan beberapa lantunan lagu yang dibawakan oleh Selenceng Negere, Probolinggo. Mereka membawakan beberapa lagu, dimulai dengan lagu yang menceritakan asal muasal Suku Tengger, menceritakan tenang Probolinggo, hingga lagu berbahasa Madura, Ronjengan.
Tak sampai di situ, masih ada nuansa musik lainnya guna meningkatkan anstusias para pengunjung pada pembukaan Eksotika Bromo 2019. Terdapat pula musikalisasi puisi dan pentas musik Dayak yang dibawakan oleh delegasi Kalimantan Timur.
Selanjutnya, disusul dengan pertunjukkan kesenian dari berbagai daerah di Jawa Timur. Pertama, pertunjukkan Singo Ulung dari Bondowoso. Kesenian budaya ini menceritakan tentang bagaimana Kiai Singo Wulu mampu menaklukan Jasiman (penguasa hutan). Lalu, dilanjutkan dengan Jaranan Reog Kendang Tulungagung yang menceritakan tentang para pemain kuda lumping pada kesenian Reog Ponorogo datang ke Tulungagung guna bekerja sebagai penambang batu marmer dan petani cengkeh. Namun, kesenian Jaranan Reog Kendang menjadi semakin menarik karena dalam pertunjukkannya juga menceritakan kegigihan prajurit Bantarangin yang melakukan perjalanan ke Kerajaan Daha, Kediri.
Semakin sore, semakin ramai pengunjung yang datang. Bukan hanya kami dan warga lokal, pengunjung dari berbagai daerah bahkan turis luar negeri pun juga menikmati eloknya pagelaran seni dalam balutan Eksotika Bromo ini.
Pertunjukkan pun semakin menggugah rasa nasionalisme kami. Karena kemudian kami juga disuguhkan lantunan lagu Zamrud Khatulistiwa yang juga diiringi dengan cantiknya warna-warni gerakan bendera yang dibawakan oleh para pemain Colour Guard. Kemudian, kembali lagi pada pertunjukkan seni budaya. Yakni, Remo dan Reog Ponorogo.
Pada Eksotika Bromo 2019, juga ada penyerahan penghargaan dari Kementrian Pariwisata dan Markplus Center for Tourism dan Hospitality, sebagai Top 30 Events Calendar of Event Wonderful 2018, kepada Bupati Probolinggo. Sebagai simbolisasi bahwa Eksotika Bromo telah masuk dalam penghargaan tersebut. Usai mengatakan sambutannya, Bupati Probolinggo, Hj. Puput Tantriana Sari, S.E., juga mengajak para pengunjung menyanyikan lagu Indonesia Pusaka. Yang lalu lagu ini ditutup dengan iringan seluruh para pemain seni budaya pada Eksotika Bromo hari itu. Merinding dan haru, kami rasakan.
Tak sampai itu saja, masih ada pertunjukkan yang menjadi puncak dan juga penutup dari Eksotika Bromo 2019 di hari pertamanya. Yakni, Sendratari Kolosal Kidung Tengger. Pada sendratari ini menceritakan tentang kegigihan Jaka Seger-Roro Anteng dalam mencapai cita-cita mereka. Di dalamnya juga terdapat puisi Kidung Tengger yang dibawakan oleh Sosiawan Leak dari Surakarta.
Warna-warni budaya dan balutan seni nasionalisme ditampilkan dengan sangat elok di tengah Lautan Pasir Kasiah Bromo. Sehingga, rasanya menikmati Eksotika Bromo dalam sehari saja memang tidaklah cukup. Bagi Anda yang penasaran, silakan berjumpa di Eksotika Bromo 2020 ya!